Ruang Naera.

By De'Ayu

27 Desember 2022 — Desember 27, 2022
TAK SEGAMPANG ITU. — Desember 24, 2022

TAK SEGAMPANG ITU.

Part 1

Dulu, aku tak begitu mengenalnya, karena Wawan lah, aku mengenalnya. Berawal dari janji bertemu Wawan di kantin kampus, akhirnya aku mengenalnya. Lebih dari tiga jam kita bertiga berbagi cerita. Dan, akhirnya aku dan dia menukar nomor telepon. Hubungan kami berdua semakin akrab, saling menanyakan kabar lewat telepon genggam. Hampir setiap hari, sepulang kerja dia berkunjung ke kos, untuk sekedar menikmati secangkir kopi hitam buatanku. Lalu, bercerita tentang aktivitas kami berdua masing-masing.

TERGUGAT —

TERGUGAT

Pada malam ini, terdengar suara lirih Bapak dari balik telephon genggamnya, lebih terkesan menahan emosi. Bapak pelan-pelan menanyakan kabarku, Sedang dimana? Sudah makan? Apa ibu sudah menghubungi? Aku tahu Bapak sudah dipuncak kecemasan karena memikirkan Ibu. Sejak akhir bulan November Ibu memilih untuk meninggalkan rumah. Itu pilihan Ibu! Alasanya ingin menenangkan diri, setelah pertengkaran hebat di malam akhir bulan November lalu.

Baca lebih lanjut
Menebalnya Sakit Yang Pernah Kau Ciptakan — Agustus 25, 2016

Menebalnya Sakit Yang Pernah Kau Ciptakan

Mempercayaimu! Sama saja aku membunuh hati yang telah aku usahakan untuk mencintaimu. Terbiasa tanpamu. Terbiasa tidak mempercayaimu. Semua aku lakukan untuk membunuh sakit yang terlanjur mendaging di relung hatiku. Mungkin, saat ini sakit itu sudah menyerupai gumbalan tumor ganas yang bisa saja menghentikan deyutan jantungku. Menghambat seluruh udara dari lubang hidungku. Aku sakit dengan hal itu.
Butuh tenaga ekstra untuk mempecayaimu, benar-benar aku membutuhkan tenaga yang sangat ekstra untuk membuatku mempercayaimmu sepenuh hatiku. Apa pernah kau tanyakan bagaimana cara membuatku mempercayaimu? Tidak pernah. Kau anggap aku wanita super kuat yang sudah tahan banting dengan segala kesakitan yang kau ukir di relung hatiku. Aku memang sengaja diam untuk memperhatikanmu. Melatihmu agar terbiasa dengan caraku. Dan, kau anggap itu aturan yang membuatmu jenuh. Saat aku tanyakan, apa yang seharusnya aku lakukan untukmu? Kau diam. Serba salah yang aku rasakan. Bagaimana bisa aku mempercayaimu, adanya aku pun tak kau latih untuk memandang sisih indahmu. Yang terdapat hanya sisi burukmu. Semakin menggerogotiku, menumpuk sakit yang aku nikmati tanpa kau tahu itu sungguh menyiksaku. Sangat menyiksa!

Baca lebih lanjut

Tawang — Juli 14, 2016

Tawang

Belajar dari sebuah kedamaian air di danau Tawang. Malam ini aku menghabiskan waktu dengan tubuh penuh penyesalan, penuh kekecewaan. Bagiku malam ini malam kedua yang teramat menyakitkan. Seorang wanita yang tak berani untuk memaksa sebuah belas kasih, hanya mampu menahan pasrah. Setidaknya aku tahu bagaimana sakitnya mengharap sesuatu yang tak pernah menjadi nyata. Menangis sekencangnya, mendayu bersama laju kereta api yang berhasil menyamarkan tangisan. Aku puas mampu menangis. Yang pasti malam ini puas dengan sebuah tangis, puas dengan kekecewaan, puas dengan kesakitan. Untung aku bukan seorang wanita pemberani yang mampu menuntutmu lebih. Hanya seoarang wanita yang mampu diam dengan ketidak perdulianmu. Ya, yang pasti sekuat apapun memintamu untuk  memahami perasaan ini, aku hanya mendapatkan sebuah angin kekecewaan yang mampu menerbangkanku pada sebuah kediaman. Tepatnya pada kebisuan yang teramat menyakitkan.

Baca lebih lanjut

“Sebaris Kata Pada Semesta Yang Berbisik” — Juni 8, 2016

“Sebaris Kata Pada Semesta Yang Berbisik”

Dan aura mulai berkata “betapa menggigil tubuhku mendengar lirih yang membelah angin lewat kedua telinga ini” kedua jemari beriring meronta memanggil kisaran langit yang menjulang luas, diantara bintang dan bulan memulai untuk pancarkan sinarnya dalam derai kata. Racun mematikan terlalu lama menekan semenanjung hati, melemahkan, memudar dan mulai menggerogoti alam kefasikan. Keyakinan-keyakinan itu mulai kau tebas, bersama harapan dan halimun yang tak nampak lagi dipenglihatan.

Baca lebih lanjut

Mencintaimu, Kebahagiaku — April 21, 2016

Mencintaimu, Kebahagiaku

Aku sangat sadar bahwa akulah yang terlebih dahulu jatuh cinta kepadamu. Bukan kau yang terlebih dahulu jatuh cinta kepadaku. Aku yang selalu mencari cara jitu untuk mendapatkan perhatianmu penuh, yang sebenarnya itu membuatmu repot dan mungkin bisa jadi bosan kepadaku. Aku selalu ingin melalukan segala hal yang mampu membuatmu melirik kepadaku, bukan kepada mereka yang selalu ingin di dekatmu. Itulah aku, dengan caraku untuk mendapatkan perhatianmu. Hanya ingin memberitahumu, aku hanya jatuh cinta kepadamu. Orang yang selalu aku harapkan mampu memberikan perhatian penuh kepadaku. Bukan mereka, yang selalu mencoba 1000 kali lipat menawarkan perhatian kepadaku. Sejujurnya, telah memilikimu sepenuhnya bagiku adalah kebahagian yang tak terbatas.

Baca lebih lanjut

Teramat Menyebalkan Sampai Kau Memilih Untuk Diam — Januari 17, 2016

Teramat Menyebalkan Sampai Kau Memilih Untuk Diam

Aku terlalu lancang menempatkanmu di dalam otakku. Tanpa seijinmu, aku telah menjadikanmu bagian dari kesibukanku. Bahkan setiap hari aku butuh energi ekstra untuk memikirkanmu. Ya, aku terlalu sibuk memikirkanmu. Sampai aku lupa, pekerjaanku tertumpuk diam di meja. Aku yang terlalu sibuk dengan isi otak tentang kau, sedang di mana kau? Apa sudah makan? Sudah ibadah? Kenapa susah dihubungi?.

Baca lebih lanjut

Sekedar: Ala Kadar — Desember 31, 2015

Sekedar: Ala Kadar

Tidak ingin menyalahkan sebuah masa lalu pahit yang terus terkenang. Terlalu pahit untuk diingat dan terlalu susah untuk dilupakan. Warna abu-abu yang semakin membuat pilu menambah barisan luka dalam perjalanan mencari sebuah takdir untuk mencintai dan takdir untuk dicintai. Bagaimana bisa manusia bercinta dengan embel-embel tidak mencintai lalu terikat dengan tali pernikahan. Bodoh jika manusia itu menikah tanpa embel-embel cinta.

Baca lebih lanjut

Kegilaan Tanpamu — Desember 10, 2015

Kegilaan Tanpamu

Kegilaan yang sempat aku rasakan, saat aku menerima kenyataan kau telah pergi jauh dari kehidupanku. Keputusan untuk meninggalkanku yang kau pilih. Melepas bebas semua cinta yang telah aku dekap penuh kesetian. Aku memang terlalu besar berharap memilikimu seutuhnya, hingga aku tidak pernah membayangkan akan kehilangmu untuk selamanya. Kesetian yang terlalu sempurna aku berikan kepadamu, membuat aku yakin kau pun akan selalu tulus menantiku. Dan, kenyataannya terlalu besar mencintaimu berbalas kehilanganmu. Kesetian yang terlalu sempurna terbalas oleh penghiyanatamu. Baca lebih lanjut