Part 1
Dulu, aku tak begitu mengenalnya, karena Wawan lah, aku mengenalnya. Berawal dari janji bertemu Wawan di kantin kampus, akhirnya aku mengenalnya. Lebih dari tiga jam kita bertiga berbagi cerita. Dan, akhirnya aku dan dia menukar nomor telepon. Hubungan kami berdua semakin akrab, saling menanyakan kabar lewat telepon genggam. Hampir setiap hari, sepulang kerja dia berkunjung ke kos, untuk sekedar menikmati secangkir kopi hitam buatanku. Lalu, bercerita tentang aktivitas kami berdua masing-masing.
Pada malam ini, terdengar suara lirih Bapak dari balik telephon genggamnya, lebih terkesan menahan emosi. Bapak pelan-pelan menanyakan kabarku, Sedang dimana? Sudah makan? Apa ibu sudah menghubungi? Aku tahu Bapak sudah dipuncak kecemasan karena memikirkan Ibu. Sejak akhir bulan November Ibu memilih untuk meninggalkan rumah. Itu pilihan Ibu! Alasanya ingin menenangkan diri, setelah pertengkaran hebat di malam akhir bulan November lalu.
Baca lebih lanjut